Skip to main content

Posts

Showing posts from 2008

Tidur nyenyak Para Pemimpin kita

Saya mengenal sejumlah orang yang mengalami kesulitan untuk bisa tidur dengan nyenyak. "Orang bodoh," begitu komentar Aris, seorang teman saya yang urakan. "Tidur kan proses alami, masa gak bisa. Berarti bodoh!" begitu dia berteori, sok pintar. Terlepas dia benar atau keliru, setahu saya orang tidak bisa tidur nyenyak karena ada yang mengganggu pikirannya, " state of mind "nya. " Mind "nya tidak bisa di" shut-off ", sehingga meski secara fisik sudah capai, butuh istirahat, tetapi karena pikirannya tetap " on ", tidur nyenyak tidak terjadi. Secara berkala saya suka mengalami saat-saat jadi 'orang bodoh' seperti itu. Dan biasanya memang ada sesuatu yang mengganggu pikiran/jiwa saya : pekerjaan yang belum selesai, klien yang sarkastis mengomentari kerja saya, isteri yang ngambek karena kurang di-openi, atau utang yang kok nggak lunas-lunas sih. Karena pikiran saya suka meloncat-loncat, proses di kepala saya jadi meloncat

END OF A CONTROVERSIAL PRESIDENT ?

George W. Bush boleh berbangga dengan dirinya. Dari seseorang yang kurang dikenal (kecuali bahwa ia adalah putra dari Bush Senior), politikus yang belum pernah ke luar negeri kecuali Kanada dan Mexico, kemudian berhasil memenangkan pertarungan menjadi presiden Amerika Serikat pada tahun 2000. Kemenangan dari rivalnya Al Gore dengan perbedaan suara yang sangat tipis, kontroversial, dan cenderung meragukan, membuatnya kurang populer di kalangan rakyat Amerika. Kemudian terjadilah musibah sekaligus anugerah bagi Bush : WTC dihancurkan sampai rata dengan tanah, dan tiba-tiba dia muncul menjadi pemimpin Amerika yang hebat. Dengan penuh emosional, dia menguatkan hati rakyat Amerika Serikat, dan berjanji akan ’membalas’ perbuatan yang dikatakannya ’amat terkutuk’ itu. Dan dimulailah perang terhadap teroris, terhadap Al Qaeda, terhadap Osama bin Laden. Dan perang kemudian dikaitkan ke ’musuh lama’ Amerika : Irak beserta pemimpinnya, Saddam Husein. Dengan penuh jumawa, Amerika – dan setengah

KEPEMIMPINAN DI KANTOR PAJAK

Berurusan dengan kantor pajak, terus terang yang timbul adalah perasaan tidak nyaman, dan membuat saya cenderung menunda-nunda penyerahan SPT Tahunan. Tahu-tahu sudah minggu terakhir batas waktu pelaporan. Sadar akan ramai, saya berusaha datang pagi-pagi supaya tidak perlu seharian berada di sana. Ketika tiba pk 07.30, betul sudah banyak orang. Tetapi petugas sudah banyak, dan pelayanan sudah dimulai - tidak birokratis menunggu jam kerja normal! Dan ternyata, mereka memperlihatkan senyum, wajah ramah, serta pengecekan yang tidak bertele-tele. Mendapat nomer 41, dua proses pelayanan saya lewati sampai mendapat tanda bukti pelaporan, tidak sampai satu jam! Bayangan akan pelayanan yang birokratis, lambat, dan ‘menyeramkan’, sirna sudah. Saya pulang dengan plong karena telah melaksanakan kewajiban tahunan sebagai warganegara yang baik. Kondisi di atas sebenarnya merupakan pengalaman saya yang kedua kalinya dalam berinteraksi dengan kantor pajak dan aparatnya. Beberapa bulan lalu, dengan

THE POWER OF NON-VIOLENCE

November 1989. Tembok Berlin baru saja dirobohkan. Perasaan mendua, antara harapan dan kecemasan menyelimuti perasaan masyarakat di negara-negara Tirai Besi Eropa Timur. Harapan akan kehidupan yang lebih baik, disertai kecemasan akan sisa-sisa kekuatan Komunisme dalam melakukan represi atas hidup mereka. Perasaan cemas dan skeptis khususnya lebih mencuat pada penduduk Cekoslovakia. Ini akibat trauma masa lalu : tahun 1968 gerakan masyarakat untuk kebebasan, ditumpas dengan keji oleh pemerintah Komunis yang didukung penuh tentara merah Soviet. Sesudah itu, selama dua puluh tahun, mereka dikondisikan bahwa gerakan memperjuangkan kebebasan akan berakhir dengan kegagalan. Dan saat itu, pemerintahan beserta kendali militer saat itu masih kuat dikuasai kalangan Komunis. Untunglah, selalu ada sekelompok orang optimis. Mahasiswa, pelajar, pemuda, dan aktivitis masyarakat mulai bergerak. Pada 17 November demo damai mereka dihadang dengan pentungan dan pemukulan. Tapi respons pemerintah tersebut

LEADER OF THE WEEK : AL GORE

Desember 2000 menjadi waktu yang tak terlupakan bagi Al Gore. Saat itu ia adalah Wapres dan calon favorit dalam pemilihan Presiden AS periode berikut. Banyak pihak menjagokannya, dan sampai saat-saat terakhir pengumpulan suara berlangsung sangat ketat. Tetapi ia terpaksa menghadapi kenyataan : kalah suara di negara bagian Florida, sehingga kalah suara secara sangat tipis dan gagal menjadi Presiden negara adidaya itu. Dan Amerika Serikat dipimpin oleh George W. Bush yang sepak terjangnya kemudian meresahkan banyak negara di dunia termasuk sebagian orang Amerika sendiri. Apakah kekalahan di atas membuat Al Gore tidak memenuhi syarat untuk masuk kelompok Great Leader ? Justru sebaliknya. Ketika itu, Ia segera mengucapkan selamat kepada pesaingnya, dan setelah melakukan evaluasi singkat, terus melanjutkan hidupnya. Sebagai apa ? Sebagai pejuang Lingkungan Hidup, suatu bidang yang memang menjadi perhatiannya sejak lama. Ia terbang ke sana ke mari: meninjau lokasi-lokasi kritis, melakukan ri

Maaf, maaf dan maaf

Penggemar Celeb mama tentu tidak asing dengan komentar “Bagus, bagus, dan baguss” yang diungkapkan Hetty Koes Endang atau Ivan. Meski bernuansa humor, pengucapan sampai tiga kali tersebut bermakna penegasan, kesungguhan akan nilai yang mereka berikan kepada peserta acara. Pengucapan tiga kali ini pula disampaikan oleh Kevin Rudd, perdana Mentri Australia. Tetapi occasion -nya serius : ia meminta maaf mewakili pemerintah Australia, atas perlakuan kurang manusiawi kepada masyarakat Aborigin selama puluhan tahun. Ada peraturan resmi yang menggerakkan pemerintah Australia memisahkan anak-anak Aborigin dari orangtuanya, membawa mereka ke suatu tempat penampungan, untuk dididik sehingga bisa bekerja sebagaimana layaknya masyarakat barat. Yang berdampak pada puluhan ribu anak kehilangan kontak dengan orangtuanya sejak usia dini, dan banyak mengalami gangguan psikis di kehidupan dewasanya. Sungguh kurang manusiawi memang. Tapi kenapa permintaan maaf ini menjadi begitu heboh ? Masalahnya, Kevin

Pemimpin yang Melayani

Pemimpin yang melayani ? Sepintas terkesan agak religius atau terlalu berbau biblikal. Pemimpin kok Melayani ? Bukankah sebaliknya, Pemimpin ya harusnya dilayani !?! Kalau harus Melayani, buat apa jadi Pemimpin ? Pemimpin yang urusannya banyak, mana sempat lagi melayani ? Semua ini mencerminkan paradigma lama tentang Kepemimpinan. Belakangan, keyakinan bahwa Pemimpin yang baik justru haruslah Melayani, semakin banyak pengikutnya. Salah satu contohnya adalah apa yang didengar, dilihat, dan dialami Mike Wilson. Sebagai seorang Konsultan Manajemen, perjalanan hidup suatu saat membawanya untuk sadar bahwa Pemimpin yang Melayani ada dimana-mana, dan menghasilkan perubahan dan hasil yang menonjol. Baik di dunia bisnis, pendidikan, maupun pemerintahan. Penggalan penyadaran Mike Wilson merupakan kemasan cerita yang sangat apik dari Ken Jennings dan John Stahl-Wert. Dalam ”The Serving Leader”, mereka menggunakan gaya novel untuk menggambarkan 5 point paradoksal yang tercakup dalam Kepemimpina

KAMBING HITAM

A good leader takes a little more than his share of the blame, a little less than his share of the credit. ~ Arnold H. Glasgow Ketika jalan tol menuju bandara menjadi lautan air, penjelasan yang diberikan adalah pompa-pompa kalah cepat bekerjanya dibanding datangnya air, sehingga akhirnya terendam dan tidak berfungsi. Ketika terjadi penembakan aparat terhadap mahasiswa dan masyarakat lebih dari sepuluh tahun lalu, para petinggi menyatakan adanya kesalahan prosedur dan menyalahkan personil lapangannya. Ketika sasaran departemen tidak tercapai, seorang General Manager dengan yakinnya menyatakan bahwa ”ini faktor eksternal akibat ketatnya persaingan, kita tidak bisa berbuat banyak.” Ketika cara mengajar saya diberi nilai jelek oleh sebagian peserta pelatihan, nyaris spontan ada suara dalam hati berujar ”ah, mereka memang kurang terbuka pikirannya.” Ah, betapa susahnya menerapkan kalimat bijak yang ditoreh oleh Arnold Glasgow di atas. Betapa tidak nyamannya kita dengan segala sesuatu yang

Go the Distance

Setelah punya anak, awalnya saya 'terpaksa' nonton film-film kartun. Tetapi akhirnya jadi menikmati, karena dibalik kelucuan dan kekanak-kanakan film kartun, ternyata kandungan nilai-nilainya melimpah sekali. Salah satunya adalah film "Hercules" yang dikeluarkan Disney. Sudah agak lawas. Tapi lirik lagunya menurut saya luar biasa indah. Merangkum esensi kepemimpinan dan kepahlawan. Lantunannya pun menggugah semangat. Selamat menikmati ! Music by Alan Menken Lyrics by David Zippel Performed by Michael Bolton I have often dream Of a far off place Where a Hero’s Welcome Would be waiting for me Where the crowds will cheer When they see my face And a voice keeps saying This is where I’m meant to be I’ll be there someday I can go the distance I will find my way If I can be strong I know ev’ry mile Will be worth my while When I go the distance I’ll be right where I belong Down an unknown road To embrace my fate Though that road may wander It will lead me to you And a thousan

Leader of the week : Darwin E. Smith

Di tahun 1971, Kimberley Clark (KC) mengangkat Darwin E. Smith, seorang ‘lawyer’ internal menjadi CEO perusahaan. Saat itu KC adalah produsen kertas yang sudah cukup brumur, dan selama 20 tahun terakhir harga sahamnya merosot 36% dibanding rata-rata harga saham di pasar. Rugi sih tidak, tapi ya begitulah mungkin kinerja perusahaan yang mulai berumur. Ketika itu, Smith sendiri tidak begitu yakin dengan pengangkatannya itu. Seorang Direktur juga membisikinya bahwa ia sebenarnya tidak sepenuhnya memenuhi kualifikasi menjadi CEO. Tetapi CEO-lah dia, jabatan yang diembannya selama dua puluh tahun ! Dan bukan sembarang dua puluh tahun. Ia secara luar biasa mentransformasi Kimberley-Clark menjadi penghasil ’paper-based consumer products’ ternama di dunia, menghasilkan kembalian saham 4x lipat dibanding rata-rata saham di pasar. Kinerja keuangan ini jauh mengungguli pesaing langsungnya seperti Scott Paper atau Procter & Gamble, maupun perusahaan ternama seperti Coca-Cola, Hewlett-Packard

Quest for True Leadership

Adolf Hitler. Rockefeller. George Soros. Mahatma Gandhi. Soeharto. Munir. Andrew Carnegie. Osama bin Laden. George W. Bush. Muhammad Yunus. Erwin Rommel. Gajah Mada. Christopher Columbus. Inul Daratista. Al Gore. Jenghis Khan. Vaclav Havel. Kita bisa terus mendaftar nama-nama tokoh yang memancarkan pengaruh yang kuat terhadap lingkungan sekitarnya. Nama-nama pemimpin, karena seorang disebut pemimpin karena memang punya daya pengaruh terhadap lingkungannya. Pertanyaannya : apa yang mencuatkan seseorang, sehingga ia berbeda dari pemimpin lainnya? Kualitas apa yang membuat seseorang dapat digolongkan Pemimpin terbaik, Great Leader ? Yang bisa dijadikan model, ditiru dan digandakan pola kepemimpinanya ? Banyak tokoh yang menjadi terkenal karena cakupan kekuasaan yang dimilikinya. Adolf Hitler sempat menguasai hampir separuh dunia; George W. Bush praktis menguasai dunia dengan dua kali menjadi presiden negara adi daya. Jenghis Khan merajalela dari Mongolia ke Cina, India, Arab, dan wilayah-