Skip to main content

END OF A CONTROVERSIAL PRESIDENT ?





George W. Bush boleh berbangga dengan dirinya. Dari seseorang yang kurang dikenal (kecuali bahwa ia adalah putra dari Bush Senior), politikus yang belum pernah ke luar negeri kecuali Kanada dan Mexico, kemudian berhasil memenangkan pertarungan menjadi presiden Amerika Serikat pada tahun 2000. Kemenangan dari rivalnya Al Gore dengan perbedaan suara yang sangat tipis, kontroversial, dan cenderung meragukan, membuatnya kurang populer di kalangan rakyat Amerika.
Kemudian terjadilah musibah sekaligus anugerah bagi Bush : WTC dihancurkan sampai rata dengan tanah, dan tiba-tiba dia muncul menjadi pemimpin Amerika yang hebat. Dengan penuh emosional, dia menguatkan hati rakyat Amerika Serikat, dan berjanji akan ’membalas’ perbuatan yang dikatakannya ’amat terkutuk’ itu. Dan dimulailah perang terhadap teroris, terhadap Al Qaeda, terhadap Osama bin Laden. Dan perang kemudian dikaitkan ke ’musuh lama’ Amerika : Irak beserta pemimpinnya, Saddam Husein. Dengan penuh jumawa, Amerika – dan setengah paksa mengajak sekutu-sekutunya – mengirim pasukan ke Irak. Sasaran utama : mendapatkan Saddam Husein, ’dead or alive’. Kemenangan ternyata tidak semudah yang dibayangkan pemimpin negara adidaya tersebut. Korban terus berjatuhan di kalangan tentara Amerika dan Sekutu. Kota demi kota Irak mesti direbut dengan susah payah dan menambah panjang daftar korban. Setelah hampir dua tahun – untunglah – akhirnya Saddam berhasil ditemukan dan ditangkap. Ia berhasil menang terhadap terorisme dan salah satu ’gembong’ utamanya.
Tetapi perang belum berakhir bagi tentara Amerika di Irak. Perlawanan, bom bunuh diri masih terus marak di berbagai kota di Irak, dan korban masih terus berjatuhan. Amerika menghadapi simalakama : meninggalkan Irak dengan malu sebagaimana dulu dihadapi waktu meninggalkan Vietenam, atau terus di sana sampai tercipta kondisi kemenangan yang bisa dibanggakan, meski beresiko menambah panjang daftar korban perang tidak jelas tersebut.
Hebatnya, ditengah kegalauan rakyat Amerika dan menurunnya popularitas akibat hasil perang Irak tersebut, Bush berhasil memenangkan periodenya yang ke dua sebagai presiden Amerika Serikat. Kepercayaan dirinya kembali tumbuh. Dan ’komitmen’nya untuk memberantas terorisme dan ’membenahi’ Irak mendapatkan bahan bakar baru. Semua sumber daya diprioritaskan untuk membiayai perang prestise tersebut. Sehingga sampai menjelang akhir masa pemerintahannya yang kedua, issue stay or leave Irak masih menjadi issue hangat dan belum berhasil mengkristalkan pandangan masyarakat Amerika Serikat.

Ya, sederet prestasi yang didasarkan kepemimpinan dirinya tersebut, pantas membuat Bush bangga. Ia ternyata bukan pemimpin yang mudah digoyahkan. Menghadapi kondisi krisis, ia telah membuktikan dapat kembali menguasai keadaan dan berada di atas angin. Visi dan targetnya, meski mendapat tentangan, bisa terus digulirkan dan diarahkan mencapai sasaran.

Tetapi kali ini tampaknya ia menghadapi batu sandungan yang tidak kecil. Kebijakan perang Amerika memunculkan dampak ganasnya. Bagaimanapun, perang butuh banyak dana, entah darimana asalnya. Dan, tahu-tahu Lehman Brothers roboh, dan bursa saham New York – diikuti bursa-bursa di seluruh dunia, merosot dan terus meluncur ke bawah. Dan kali ini, kelihatannya Amerika harus mengakui bahwa mereka terkena pukulan telak. Mereka sempoyongan, tidak bisa bangkit dengan segera sebagaimana budaya instan dan super mereka.

Bertekuk-lutut kah Bush kali ini ? Dengan cepat pemerintahannya merancang program dana talangan $ 700 milyar untuk mengatasi permasalahan pelik kredit macet ini. Setelah perdebatan alot di Kongres, program ini akhirnya disetujui untuk digulirkan. Menyadari bahwa bencana keuangan ini terjadi karena ketiadaan peraturan dan rambu-rambu yang memadai di industri keuangan, dengan gagah ia berkata : ”Presiden mendatang, apakah itu Mc Cain ataukah Obama, harus memastikan bahwa kejadian seperti ini tidak akan berulang lagi.”

Sepintas, terlihat seperti statement yang menunjukkan kearifan sang presiden. Masalahnya adalah, pemerintahan Bush lah yang melonggarkan aturan dan rambu-rambu industri keuangan, sehingga menjadi liar tak terkendali. Pemerintahan Bush lah yang membuat negara mengalami defisit luar biasa – antara lain untuk membiayai perang yang ternyata tak bisa dimenangkan. Dan pemerintahan Bush lah yang punya keberpihakan pada kaum kaya dengan kebijakan pajaknya, sehingga melebarkan kesenjangan antara kaya, menengah dan miskin di Amerika Serikat. Dan sekarang gongnya, pemerintahan Bush lah yang meledakkan krisis keuangan di negaranya, menularkannya ke negara-negara lain, dan menyeret dunia menghadapi badai ekonomi yang dahsyatnya mungkin tidak pernah terbayangkan.

Bush memang tidak bertarung untuk pemilihan presiden AS akhir tahun ini – konstitusi AS hanya mengijinkan seseorang maksimal dua kali memangku jabatan tertinggi negara tersebut. Taruhan bukan lagi jabatan, tapi reputasi pribadi. Menunjukkan kualitas seorang pemimpin yang tangguh dan mampu mengatasi persoalan – yang sebenarnya dipupuknya sendiri.
Di akhir jabatan ini, masih bisakah engkau menunjukkan kepemimpinanmu dan menguasai keadaan kembali, Mr. Bush ?

Comments