Skip to main content

THE POWER OF NON-VIOLENCE


November 1989. Tembok Berlin baru saja dirobohkan. Perasaan mendua, antara harapan dan kecemasan menyelimuti perasaan masyarakat di negara-negara Tirai Besi Eropa Timur. Harapan akan kehidupan yang lebih baik, disertai kecemasan akan sisa-sisa kekuatan Komunisme dalam melakukan represi atas hidup mereka. Perasaan cemas dan skeptis khususnya lebih mencuat pada penduduk Cekoslovakia. Ini akibat trauma masa lalu : tahun 1968 gerakan masyarakat untuk kebebasan, ditumpas dengan keji oleh pemerintah Komunis yang didukung penuh tentara merah Soviet. Sesudah itu, selama dua puluh tahun, mereka dikondisikan bahwa gerakan memperjuangkan kebebasan akan berakhir dengan kegagalan.
Dan saat itu, pemerintahan beserta kendali militer saat itu masih kuat dikuasai kalangan Komunis. Untunglah, selalu ada sekelompok orang optimis. Mahasiswa, pelajar, pemuda, dan aktivitis masyarakat mulai bergerak. Pada 17 November demo damai mereka dihadang dengan pentungan dan pemukulan. Tapi respons pemerintah tersebut juga menimbulkan gelombang demonstrasi yang lebih banyak dengan jumlah pengikut yang terus membesar. Tetapi penguasa Komunis nyaris bergeming, dan demonstrasi meluas di seantero negeri. Militer menyatakan kesiapannya mem-back up pemerintah untuk menumpas demonstrasi bila dibutuhkan. Situasi memanas. Tank-tank mulai bermunculan.


Sampai akhirnya terjadilah momen bersejarah tersebut. Delegasi perwakilan gerakan yang dipimpin Vaclav Havel sedang alot bernegosiasi di gedung Parlemen, dan belum ada tanda-tanda kemajuan. Sementara demonstran berkumpul mengelilingi gedung, ratusan ribu orang jumlahnya. Semua menanti hasil perundingan. Suasana tegang pecah, ketika seorang demonstran mengacungkan seikat kunci – simbol pembuka kebebasan, dan menggoyangkannya sehingga menyuarakan gemerincing. Orang disebelahnya mengikuti, kemudian di sebelahnya, dan di sebelahnya lagi, dan kemudian ratusan ribu demonstran tersebut menghasilkan gemerincing kunci yang menggetarkan. Dikatakan bunyi gemerincing berlangsung jam demi jam, menerobos gedung perundingan. Kombinasi getaran gemerincing kunci dan perundingan tim yang dipimpin Havel akhirnya berbuah : pemerintah Komunis bersedia mengundurkan diri. Rentetan gerakan tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Velvet Revolution. Suatu contoh sangat nyata kekuatan gerakan damai, tanpa kekerasan dan pertumpahan darah, yang membuahkan perubahan dramatis.
Kita juga mengenal kekuatan pendekatan tanpa kekerasan lain. People Power di Filipina misalnya. Menggulingkan rejim Marcos yang semakin menyengsarakan rakyatnya. Atau Nelson Mandela yang dengan semangat damai menggulingkan pemerintahan apartheid tanpa pertumpahan darah antara kulit putih – kulit hitam. Sama powerful-nya adalah ajaran Ahimsa yang dipopulerkan Gandhi di India. Ditindas dengan keras oleh pemerintah kolonial Inggris, termasuk peristiwa pembantaian di Amritsar, Gandhi memimpin bangsanya untuk konsisten menerapkan ahimsa – perlawanan tanpa kekerasan. Yang membuahkan kemerdekaan India, serta hubungan akrab India – Inggris di masa-masa sesudahnya.

Pendekatan tanpa kekerasan terbukti powerful dan berefek positif dalam jangka panjang. Sayangnya, pendekatan ini tidak popular dan tidak diminati kebanyakan pemimpin. Karena membutuhkan waktu. Membutuhkan kesabaran. Membutuhkan proses yang tidak cepat. Dan di jaman sekarang, katanya kita butuh kecepatan. Quick results. Pendekatan agresif menjadi lebih popular. Meski menimbulkan korban. Meski mungkin menimbulkan efek samping yang buruk. Baik di politik, pemerintahan, ataupun bisnis.
Problema Irak misalnya, yang sekarang carut-marut tidak kelihatan bagaimana ujung positifnya. Atau Enron. Atau subprime mortgage – agresivitas ekonomi yang bisa-bisa membuahkan depresi ekonomi dunia.

Dunia kita yang sudah kelebihan beban, yang sudah rusak parah, yang over-poluted, over exploited, membutuhkan pemimpin seperti Gandhi, Mandela, Vaclav Havel, Al Gore, Darwin Smith, Hatta, dan deretan pemimpin yang menganut aliran serupa. Memimpin dengan pendekatan Non-Kekerasan. Pendekatan Manusiawi. Pendekatan Melayani. Pendekatan ini bisa memberikan hasil yang dahsyat untuk kepentingan bersama.



Comments

Anonymous said…
Havel revolution without violence, force, severity bagai Gandhi, saya memujinya habis-habisan..untuk mendatangkan perubahan yang sungguh besar dan dramatis.

Hanya, butuh proses, butuh kesabaran, ketabahan, penderitaan dan perjuangan berkepanjangan..endless suffering like Gandhi' Ahimsa..
Ini bagian dari WISDOM LEADERSHIP...
Menang melalui WISDOM..
Terima kasih Pak Irwan pencerahannya..